Judul: Unforgettable
Penulis: Winna Efendi
Penerbit: GagasMedia
Tebal: 176 halaman
Harga: 43000
Dari dulu aku pengin banget bisa beli novel ini. Bahkan, aku mau banget ikutan acara launching novel ini. Tapi domisiliku yang di Palembang jadi hambatan yang besar hahaha Novel ini nggak termasuk novel lama, sih. Terbitnya juga masih tahun ini tapi gara-gara kebanyakan wishlist, novel ini akhirnya sedikit terlupakan. Sekarang, kesampean deh buat beli!
Lelaki itu. Wanita itu. Ya, itu karakter utamanya. Aneh? Emang. Aku juga agak aneh pas baca halaman-halaman awal. Aku kira sebutan "lelaki itu" dan "wanita itu" cuma digunakan sesekali. Eh, tapi sampe akhirnya selesai baca, sebutan itu selalu digunakan. Jadi gak ada nama gitu? Ada dong. Tapi sengaja nggak dijadiin sapaan satu sama lain. Kenapa? Penasaran? Review aja yuk!
Novel ini menceritakan tentang sepotong kisah cinta antara seorang wanita yang berprofesi sebagai penulis dan lelaki kantoran yang tidak saling mengenal satu sama lain. Mereka dipertemukan pertama kali di sebuah kedai Wine bernama Muse yang dikelola oleh sang wanita dan kakaknya, Rangga. Lelaki itu sering datang ke Muse pada malam hari, sepulang kerja. Ia selalu memesan minuman yang sama, yaitu Cabernen Sauvignon.
Entah mengapa setiap lelaki tersebut datang ke Muse, wanita itu tidak pernah bisa berkonsentrasi dengan naskah novel yang tengah diketiknya. Diam-diam, ia selalu melirik lelaki itu. Hingga suatu malam, pandangan mata wanita dan lelaki itu bertemu. Mereka saling memandang satu sama lain. Lama sekali hingga salah satu dari mereka mengalihkan pandangan. Wanita itu langsung berpura-pura sibuk mengetik dan tidak menyadari bahwa lelaki itu telah berada di hadapannya.
Mereka mulai mengobrol. Membicarakan hal-hal biasa, hingga yang tidak biasa. Mereka membicarakan masa lalu, cita-cita yang belum tercapai, jenis wine favorit, dll. Entah mengapa, lelaki itu tidak perlu kesulitan mencari ide obrolan dengan wanita itu. Begitu juga sebaliknya. Mereka tidak memerlukan topik pembicaraan karena diam pun terasa nyaman bagi mereka berdua.
Mereka terus mengobrol sejak saat itu. Namun, obrolan mereka hanya sebatas di Muse. Mereka tidak pernah jalan keluar, bahkan mengenal nama satu sama lain pun tidak. Hingga akhirnya, wanita itu mendengar sang lelaki mengucapkan kata i love you pada seseorang di telepon. Wanita itu merasakan perasaan aneh. Ia tidak pernah merasa seperti itu. Diam-diam ia merasa cemburu. Namun, buru-buru ditepisnya rasa itu. Mana mungkin, ia menyimpan rasa pada seorang lelaki yang namanya pun ia tidak tau.
Sejak saat itu, berbagai perasaan aneh mulai menaungi mereka. Wanita itu merasakan desiran aneh kala sang lelaki tak sengaja menyelipkan poni di balik telinganya. Tak hanya wanita itu, lelaki itu pun merasakan perasaan asing saat tangannya tak sengaja menyentuh wajah wanita itu. Ia merasakan perasaan yang bergejolak, yang tidak pernah dirasakan sebelumnya. Apakah mereka jatuh cinta? Bagaimanakah kelanjutannya? Silahkan baca Unforgettable :)
Seperti yang telah kukatakan dari awal, novel ini adalah salah satu novel yang telah kuincar sejak lama. Aku begitu jatuh cinta dengan Winna Efendi berkat novel Remember When-nya. Jadi begitu ia mengumumkan bahwa novel barunya akan terbit, aku buru-buru menuliskan Unforgettable sebagai salah satu wishlist-ku.
Dan aku tidak menyesal. Novel ini terbilang unik, menurutku. Tidak mencantumkan nama karakter dan tidak menggunakan double quotes dalam percakapan menjadi beberapa keunikan novel ini. Awalnya aku sempat bingung dengan tidak digunakannya double quotes sebagai penanda percakapan di novel ini, namun seiring dibaliknya halaman aku mulai paham dan menikmati novel ini. Aku juga sempat bingung dengan sebutan "lelaki itu" dan "wanita itu". Aku kira seluruh karakter dalam novel ini hanya akan disebut dengan wanita itu atau lelaki itu. Bagaimana bila ada 4 wanita dalam novel ini? Apakah akan diberi nomor? Wanita satu, misalnya? Dan aku salah :p karakter selain "wanita itu" dan "lelaki itu" diberi nama rupanya. Unik sekali, kan?
Bicara soal ending, aku sangat puas dengan akhir kisah "wanita itu" dan "lelaki itu". Menurutku, itulah ending yang paling pas dan cocok. Tak jarang, saat menutup novel, aku merasa sebal dan berharap si karakter cewek bersama dengan karakter cowok itu saja atau ending-ending lain khayalanku sendiri agar merasa lebih puas. Namun, saat menutup novel ini, aku mendesah pelan dan berkata,"Memang akhir seperti inilah yang terbaik."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar