Judul: Seandainya
Pengarang: Windhy Puspitadewi
Penerbit: GagasMedia
Tebal: 226 halaman
Harga: 42000
"The bitterest tears shed over graves are for words left unsaid and deeds left undone."
Kisah ini dialami oleh empat orang sahabat yang bertemu secara tidak sengaja. Mereka adalah Rizki, Juno, Arma dan Chris. Mereka bertemu pertama kali di pesta penyambutan murid baru yang ternyata tidak pernah ada karena hanya sekedar ide jahil kakak senior.
Rizki adalah seorang anak yang miskin. Ia lebih tua dua tahun dari usia teman-teman seangkatannya. Ia terpaksa menunda sekolah karena faktor ekonomi. Meskipun miskin, Rizki adalah anak yang sangat pintar. Namun, ia memilih untuk tidak menonjolkan kemampuannya karena trauma masa SMP-nya dulu. Rizki dijuluki Pak Dhe di kelasnya.
Juno. Bila mendengar nama tersebut, mungkin yang terlintas dalam pikiran kita adalah seorang anak lelaki. Ternyata salah :p Juno sebenarnya nama seorang remaja perempuan yang lincah, riang dan kekanak-kanakan. Sama seperti Rizki, gadis berambut pendek ini sangat pandai di kelas.
Arma adalah kakak lelaki Juno. Ia menderita suatu penyakit sejak kecil yang menyebabkan sekolahnya terbengkalai. Oleh karena itu, kini ia sekelas dengan adiknya, Juno. Sejak kecil, Juno-lah yang berperan sebagai kakak. Juno-lah yang melindungi Arma. Namun kini, sejak Arma sembuh, ia bertekad untuk berusaha mati-matian demi menjadi kakak yang baik untuk Juno.
Chris adalah seorang gadis kaya yang cantik, baik hati dan tidak sombong. Ayahnya adalah calon Gubernur Jawa Timur. Chris tidak mempunyai banyak teman akrab di sekolah. Selama ini, orang-orang hanya ingin berteman dengannya karena ia adalah anak orang kaya dan mempunyai banyak uang. Tidak hanya di sekolah, Chris juga selalu merasa kesepian di rumah karena orangtuanya begitu sibuk.
Sejak pertemuan tidak disengaja tersebut, persahabatan mereka pun dimulai. Rizki yang tidak percaya diri, Juno yang terlalu ambisius, Arma yang selalu menjadi bunga matahari yang mengejar mataharinya, dan Chris yang kesepian. Bagaimanakah kisah persahabatan mereka? Let's read Seandainya :)
Seandainya adalah novel ketiga Windhy yang telah saya baca dan secara keseluruhan tidak mengecewakan. Windhy sepertinya masih betah menggunakan persahabatan masa sekolah sebagai tema. Sama seperti Let Go dan Morning Light, empat karakter utama, yaitu dua cowok dan dua cewek tetap dihadirkan dalam novel ini. Sejujurnya, aku agak bosan dengan penggunaan empat karakter berpasangan ini. Terlalu mirip dengan dua novel sebelumnya, menurutku.
Selain itu, menurutku karakter Arma mendapatkan porsi yang terlalu sedikit dalam novel ini. Apa karena pendiam, ya? Entahlah. Tapi seingatku, percakapan di novel ini jarang melibatkan Arma. Berbanding terbalik dengan Juno, Chris dan Rizki yang sering mengobrol. Meski demikian, novel ini tidak bisa dibilang buruk. Seperti khasnya Windhy, novel ini dihiasi dengan banyak kata-kata puitis, quote-quote inspiratif dan pelajaran hidup. Satu hal lagi yang patut diacungi jempol. Apalagi kalau bukan sampulnya. Vintage-vintage gimana gitu :p waiting for upcoming novel from Windhy!
"There is sacredness in tears. They are not the mark of weakness but of power.They are messengers of overwhelming grief and of unspeakable love."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar