Suatu hari, di suatu masa, bumi diduduki oleh makhluk luar angkasa yang bernama Jiwa. Jiwa-Jiwa ini adalah makhluk perak kecil yang tidak akan bertahan lama bila tidak memiliki inang.
Ada seorang Jiwa yang baru saja datang ke bumi. Tidak seperti Jiwa-Jiwa lain, Jiwa yang satu ini istimewa. Namanya Wanderer, yang bila diartikan adalah Sang Pengelana. Sesuai namanya, Wanderer telah menjalani delapan kehidupan sebelum dikirim ke bumi. Ia pernah menjadi beruang, rumput laut, bunga, kelelawar di planet-planet sebelumnya. Namun, bumi dan manusia yang menghuninya adalah kesatuan yang istimewa. Tidak seperti inang-inang lain, manusia memiliki emosi dan perasaan yang mendalam serta ingatan yang kuat. Wanderer telah diperingatkan untuk berhati-hati saat berada dalam tubuh manusia.
Setiap Jiwa memiliki memiliki panggilan atau pekerjaan tersendiri. Ada yang menjadi Penyembuh, Pencari, Penghibur, dll. Penyembuh adalah Jiwa yang bertugas untuk menyembuhkan penyakit para Jiwa, persis seperti dokter. Pencari adalah Jiwa yang bertugas untuk mencari manusia-manusia di belahan bumi ini yang belum disisipi Jiwa. Sedangkan penghibur bertugas untuk menjadi teman curhat para Jiwa, mirip seperti psikolog. Berkat pengalaman hidupnya di delapan planet, Wanderer dipanggil menjadi Pembicara. Ia sering berbagi pengalaman hidupnya pada Jiwa-Jiwa lain.
Setiap Jiwa yang telah disisipkan pada inangnya, mampu untuk mengakses setiap ingatan inangnya. Saat penyisipan, biasanya para inang telah lenyap dalam pikiran mereka sendiri. Yang tersisa hanyalah ingatan-ingatand dan kenangan-kenangan. Namun, Melanie, manusia yang dijadikan inang untuk Wanderer menolak dilenyapkan.
Saat penyisipan, Melanie masih ada dalam pikirannya. Ia tidak menghilang. Wanderer tidak bisa mengakses pikiran, ingatan dan kenangan-kenangan Melanie bila Melanie tidak mengizinkan. Seolah-olah ada dinding pembatas antara pikiran Melanie dan Wanderer. Wanderer mengira ini hanya berlangsung sementara. Lagipula, ia adalah Jiwa yang berpengalaman. Ia yakin lambat laun, Melanie akan lenyap dan pada akhirnya ia bisa mengakses pikiran Melanie sebebas-bebasnya. Sekadar informasi, para Jiwa memang diharuskan untuk mengakses semua ingatan dan kenangan inang manusianya. Setiap manusia pasti memiliki hubungan dengan manusia lain dan semua itu terekam dalam memori sang inang. Berkat kenangan-kenangan ini, sang Jiwa dapat melaporkan pada Pencarinya petunjuk mengenai kehadiran manusia-manusia lain.
Waktu berlalu dan Melanie masih tetap eksis. Akses Wanderer ke ingatan Melanie sangat terbatas. Sesekali, Melanie memang membagi ingatan dan kenangannya pada Wanderer. Namun, itu belum cukup. Pencari masih kesulitan menyatukan kenangan-kenangan Melanie untuk menemukan manusia-manusia lain. Suatu hari, Melanie membagi kenangannya lewat mimpi. Dalam mimpi tersebut, Melanie menunjukkan dua orang lelaki yang sangat berarti dalam hidupnya, kekasihnya dan adik lelakinya, Jared dan Jamie beserta beberapa potong petunjuk tempat dimana keduanya berada.
Wanderer semakin penasaran dan frustrasi. Ia ingin mengetahui informasi selengkap-lengkapnya dimana Jamie dan Jared berada. Namun, Melanie enggan berbagi. Karena rasa frustrasi yang besar, Wanderer pun menemui Penghiburnya, Kathy. Seumur hidupnya Wanderer belum pernah meminta bantuan Penghibur. Namun, kali ini inangnya benar-benar tidak bisa diajak kompromi. Wanderer menceritakan pada Kathy bahwa Melanie masih eksis, Melanie tidak lenyap. Kathy terkejut dan menyarankan Wanderer untuk menjadi Peloncat alias Jiwa yang pindah ke inang baru sebelum inang lamanya mati. Wanderer mati-matian menolak. Citra baik sebagai Pengelana yang selama ini disandangnya akan tergantikan dengan citra sebagai pengecut. Wanderer pun memutuskan untuk menemui Penyembuh-nya dan berkompromi dengannya.
Dalam perjalanan menemui Penyembuh, Melanie melemparkan banyak ingatan tentang Jamie dan Jared. Wanderer dapat merasakan bahwa kedua lelaki itu begitu berarti bagi Melanie. Air mata mereka pun menetes. Seiring dengan ingatan-ingatan yang semakin sering dilemparkan Melanie, Wanderer mulai merasakan cinta dan rasa sayang kepada Jamie dan Jared. Wanderer tak ingin kehilangan mereka. Wanderer ingin menemui mereka.
Perjalanan menemui Penyembuh pun berbelok arah. Wanderer memutuskan untuk mengikuti petunjuk-petunjuk Melanie mengenai keberadaan Jamie dan Jared. Tak peduli bagaimanapun resikonya, mereka akan berusaha sekuat tenaga.
Aku akan merasa bersalah bila tidak mengatakan ini. Tapi, jujur, aku jauh lebih menyukai The Host dibanding serial Twilight yang lebih dulu booming. Aku memang sudah memasukkan novel ini kedalam wishlist, dan saat namaku diumumkan sebagai pemenang dalam sayembara resensi Yes24, aku tidak punya alasan lain untuk tidak meminta The Host sebagai hadiah. Karena tahun terbitnya yang sudah cukup lama dan memang tidak dicetak ulang, pihak Yes24 tidak memiliki persediaan yang baru dan masih bersegel untuk dikirim. Karena sangat ingin membacanya, aku meyakinkan mereka bahwa aku tidak keberatan bila menerima novel The Host yang tidak bersegel dan kertasnya sudah menguning, asalkan teksnya masih jelas dan terbaca.
So, here it is! Tidak lama kemudian, novel ini datang dan aku sempat kaget dengan ukurannya yang jumbo. Tidak hanya bukunya yang panjang, tebal buku ini juga lebih dari 500hal. Membaca buku tebal seperti menjalin komitmen. It takes time. Tidak ada yang bisa menjamin bahwa kita akan menyukai buku tersebut namun kita tidak akan tahu bila tidak mencoba. Dan, taraaa aku termasuk kategori yang tidak menyesal telah menjamin komitmen dengan The Host.
Di halaman-halaman awal, aku merasa sangat bingung dengan ceritanya. Ini akan seperti apa, bagaimana caranya, dan bermacam-macam pertanyaan lain. Tapi, aku bertekad untuk menyelesaikan novel ini, entah berapa lama waktu yang kuperlukan. Masuk ke halaman belasan, aku mulai sedikit ngeh dengan apa yang diceritakan, meski tetap saja aku merasa bosan dan malah semakin lambat membaca. Baru di halaman 70an, tempo cerita mulai meningkat dan aku mulai merasa 'klik' dengan novel ini dan dimulailah perjalanan panjang menyelesaikan novel ini.
Bicara soal karakter, sepertinya tidak ada yang patut dibenci dalam novel ini. Bahkan Pencari sekalipun memiliki alasan tersendiri mengapa ia bersikap sangat menyebalkan. Karakter favoritku tentu saja Wanderer atau Wanda. Seperti yang dideskripsikan dalam cerita, Jiwa bukanlah makhluk jahat. Justru mereka adalah makhluk yang sangat lembut. Aku terharu dengan segala pengorbanan Wanda terhadap keluarga manusianya (No spoiler). Jiwa tidak pernah memilih ingin disisipkan ke tubuh manusia mana. Bila bisa memilih, Wanda tentu tak akan memilih Melanie dan merampasnya dari Jamie dan Jared. Karakter lain yang kusukai adalah Jamie, Ian dan Uncle Jeb. Ah, sepertinya siapapun yang sudah membaca novel ini, pasti akan mengidolakan mereka bertiga juga.
Perjalanan menemui Penyembuh pun berbelok arah. Wanderer memutuskan untuk mengikuti petunjuk-petunjuk Melanie mengenai keberadaan Jamie dan Jared. Tak peduli bagaimanapun resikonya, mereka akan berusaha sekuat tenaga.
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
Aku akan merasa bersalah bila tidak mengatakan ini. Tapi, jujur, aku jauh lebih menyukai The Host dibanding serial Twilight yang lebih dulu booming. Aku memang sudah memasukkan novel ini kedalam wishlist, dan saat namaku diumumkan sebagai pemenang dalam sayembara resensi Yes24, aku tidak punya alasan lain untuk tidak meminta The Host sebagai hadiah. Karena tahun terbitnya yang sudah cukup lama dan memang tidak dicetak ulang, pihak Yes24 tidak memiliki persediaan yang baru dan masih bersegel untuk dikirim. Karena sangat ingin membacanya, aku meyakinkan mereka bahwa aku tidak keberatan bila menerima novel The Host yang tidak bersegel dan kertasnya sudah menguning, asalkan teksnya masih jelas dan terbaca.
So, here it is! Tidak lama kemudian, novel ini datang dan aku sempat kaget dengan ukurannya yang jumbo. Tidak hanya bukunya yang panjang, tebal buku ini juga lebih dari 500hal. Membaca buku tebal seperti menjalin komitmen. It takes time. Tidak ada yang bisa menjamin bahwa kita akan menyukai buku tersebut namun kita tidak akan tahu bila tidak mencoba. Dan, taraaa aku termasuk kategori yang tidak menyesal telah menjamin komitmen dengan The Host.
Di halaman-halaman awal, aku merasa sangat bingung dengan ceritanya. Ini akan seperti apa, bagaimana caranya, dan bermacam-macam pertanyaan lain. Tapi, aku bertekad untuk menyelesaikan novel ini, entah berapa lama waktu yang kuperlukan. Masuk ke halaman belasan, aku mulai sedikit ngeh dengan apa yang diceritakan, meski tetap saja aku merasa bosan dan malah semakin lambat membaca. Baru di halaman 70an, tempo cerita mulai meningkat dan aku mulai merasa 'klik' dengan novel ini dan dimulailah perjalanan panjang menyelesaikan novel ini.
Bicara soal karakter, sepertinya tidak ada yang patut dibenci dalam novel ini. Bahkan Pencari sekalipun memiliki alasan tersendiri mengapa ia bersikap sangat menyebalkan. Karakter favoritku tentu saja Wanderer atau Wanda. Seperti yang dideskripsikan dalam cerita, Jiwa bukanlah makhluk jahat. Justru mereka adalah makhluk yang sangat lembut. Aku terharu dengan segala pengorbanan Wanda terhadap keluarga manusianya (No spoiler). Jiwa tidak pernah memilih ingin disisipkan ke tubuh manusia mana. Bila bisa memilih, Wanda tentu tak akan memilih Melanie dan merampasnya dari Jamie dan Jared. Karakter lain yang kusukai adalah Jamie, Ian dan Uncle Jeb. Ah, sepertinya siapapun yang sudah membaca novel ini, pasti akan mengidolakan mereka bertiga juga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar